Wednesday, December 21, 2005

Every Dream Has Its Place

Senin malam ke pameran instalasi ruang di studio Anton Ismael.
Awalnya di kepala gw tuh pameran spektakuler abis, secara skala or secara kualitas.
Tapi, sooo sorry to say niiiy, lumayaaaan.
Mungkin karena faktor tempat.
Bukan, bukan karena kekecilan.
Size doesn't matter.
Tapi lebih ke leluasaan melihat hasil karya yang terganggu.
Atau mungkin karena sebagian besar karya kurang merespon ruang secara tepat tapi lebih ke sekedar 'ngeceng'in barang.

Gak harus yang gimana juga siiih ( baca : wow effect ) tapi kebanyakan karya di situ cuma membuat dramatis ( memeriahkan ) ruang yang sebenarnya udah jelas kebaca makna dan fungsinya tapi kurang meresponnya sebagai kajian atas apa yang biasanya terjadi di ruang tersebut.
Malah ada satu, dua peserta pameran yang hasil karyanya gw liat kayak mural.
Namun begitu, ehm, ada beberapa juga yang inspiratif, punya makna and I love it.

Gw diguide sama seorang seniman yang otaknya rada sinting tapi keliatannya apresiasi dan wawasan dia cukup oke walaupun caranya untuk ngasi tau pemaknaan konsep sempet bikin gw berkelakuan kayak orang sinting juga.

Gw terpesona ( heh? ) sama karyanya Anton, cukup dramatis dan liar -harusnya bisa lebih mesum lagi tuh-, sama liarnya dengan karya yang di kamar mandi depan yang kebaca banget otak 'masturbasinya'.

Gw tersentuh sama satu karya di kamar mandi lainnya yang ngasi tau apa yang terjadi ketika angel dan devil itu menanggalkan atributnya ( ini hasil anak didiknya si artist sinting itu -katanya- ), daleeem banget!!!
Eksekusinya detil dan berasa hidup konsepnya.
Gw ngerasa telanjang abis di situ, karena dia mampu ngasi cermin ke gw bahwa cuma di ruang ini lo senantiasa melepas semua yang menempel di 'badan' dan jadi diri lo sendiri, terlepas dari apakah lo itu setan ato malaikat ato malah keduanya.
Karya ini sempet jadi diskusi kecil antara gw sama Romy ( nama artist sinting itu, red ) dan ketika masuk ke diskusi yang levelnya makin serius, gw stop pembicaraannya.
Bukan karena bakal jadi perdebatan.
Bukan buat bikin penasaran.
Bukan juga karena waktu yang udah semakin malam dan perut gw udah kelaperan abis.
Gw cuma takut dia belum siap buat kajian tentang when devil and angel bersetubuh.
Mungkin gw juga takut gw belum siap buat ngomongnya.
Untung ada sms yang ngingetin kalo gw udah terlalu lama di dalam ruang studio itu, saved by the tone.

Ada juga yang bikin gw rada mengernyitkan jidat, karena secara konsep gw ngerti tapi kayak ada yang something missed gituh. Sapu terbang jadi malaikat? Atau malaikat terbangnya pake sapu?
Come on!

Punya Rangga dan Gepeng bagus responnya, cuma sayang, gw ngerasa kurang pas sama layout enteringnya, karena keberadaannya jadi kurang terasa.
Lewat, lewat aja gituh.
Padahal tepat konsepnya.

Punya Ipang, secara eksekusi nice and elegant. Cuma gw gak dapetin respon ruangnya.

And hard to say, ada satu konsep yang sebelumnya terupdated ke gw dan menurut gw itu konsep simple dan cerdas tapi secara ada kendala teknis, konsep itu gak jadi dieksekusi. Sayang banget, tapi sudah lah....
Hmmm, I wish I could see the original one.
That recycle concept will give big impact for the audience.

Terakhir, punya Romy.
Dia kasi liat garasi ( atau gudang? ) yang kadang-kadang sering jadi tempat meletakkan barang-barang bekas atau yang disingkirkan oleh penghuninya, seperti lukisan lama.
Dan dia meresponnya dengan memindahkan warna-warna di lukisan itu ke dinding dan membiarkan kanvasnya kosong dengan hanya berisi tandatangannya.
'Bunyi' khan maksudnya?

Cuma satu pertanyaan Romy yang gw gak mau jawab padahal pertanyaannya masih sama dengan yang sebelum-sebelumnya ketika kita sampai di satu ruang kecil yang isinya kasur yang dihamparkan di lantai.
'Gimana kalo elo yang merespon tempat tidur ini, apa yang akan lo buat?'.
Sejujurnya gw gak tau akan jawab apa.
Bagi gw, tempat tidur adalah tempat gw bermimpi.
Mimpi apa saja.
Dan aktivitas bermimpi itu susah banget direspon dengan konsep yang bukan cuma sekedar display dengan memakai tools apapun yang ada di dunia ini.
Let the dream has its place in the depth of silent nights.
Selamat malam semua peserta, you guys able to put your dreams on the right place at least.

Monday, December 05, 2005

sebuah judul di hati : Ludi 1990

potret hitam putih jalanan gelisah
tertumpah warna merah darah segar
banjir... sukmamu pun melaju naik
tapi aku tidak tau,
ke rembulan atau ke matahari
kau pergi dari kesuntukan dunia
walau dengan ala berantakan
rindumu tersia-siakan
cinta masih di kotak jiwa, belum lagi dibuka
buat kesekian hitungan, aku memaki
:tepi jalan sialan!
dan makhluk mati tidak berujung itu mencibir
:di mana kasih setiamu, sayang?
aku belum mau jadi pucat abadi
andai saja aku bisa gantikan kerasnya jalanan, podium dunia
cuma bunga, kukirim saja duka ke rumahmu
dan kuhirup wangi kamboja
rindu yang kau sisakan kini mengetuk dingin
semakin dingin karena luka menahun
lalu kuminta kau tersenyum dalam do'aku
o, kini giliran aku teriris
senyummu adalah lukaku..