Wednesday, November 29, 2006

dalam sebuah taksi semalam

tertata ulir ban hitam di sepanjang jalan menuju ke rumah memendarkan debu jalanan yang selalu setia dengan aspal walau ditindih sorot lampu -lampu jalanan, lampu langit- menggenapi langkah keletihan hari ini.
hampir setengah malam.
dalam sebuah taksi rinduku memuai memenuhi ruangan kotak tanpa celah bincang.
mencekik sampai batas ubun-ubun.
berulangkali melepas napas berharap rindu larut bersamanya.
mengasap, mengabu kemudian menghitam dan rontok ke sepanjang jalan seperti polusi yang menua di waktu yang meredup.
seperti saat ini.
kosong.
cuma ada rindu.

Saturday, November 25, 2006

strange conversation

Udah 3 hari ini chatting intensif dengan seorang teman baru dari India, seorang IT person, umurnya masiy 28 tahunan, dia memperkenalkan dirinya sebagai seorang New Ager.
New Ager?
Iya. Dia seorang yang tertarik dengan spiritualisme lintas agama dan menganut pola hidup spiritual.
Menurutnya spiritualisme adalah the heart of religion dan agama itu tidak sectarian tetapi universal.
Dia bicara tentang Timur dan agama barunya.
Tentang sekumpulan anak muda yang bernyanyi Hare Khrisna di pinggir jalan, anak-anak muda dengan jins belel melakukan meditasi dan The Beatles yang duduk ngedengerin wejangan Mahrishi Mahesh Yogi pada jamannya.
Dia bilang bahwa Kamasutra itu ajaran New Age, diperkenalkan seorang bernama Osho yang punya nama asli Sri Rajneesh Chandra Mohan, dia juga yang pertama kali di tahun 80-an mengumumkan tntang AIDS dan menganjurkan semua orang yang mau hadir di setiap pertemuannya untuk menunjukan sertifikat bebas AIDS.
Oalaaah, he talked so much ke seseorang yang baru dia kenal.
Konteksnya berat pula.
Menurutnya bahasan yang dipeluk seorang New Ager meliputi banyak hal, tentang potensi manusia, falsafah diri, mistisisme, channeling, konseling psikis dan psikologis, astrologi, ilmu tentang aura, yoga, tai chi, meditasi, hingga menjadi seorang vegetarian.
Ide adanya New Age ini sama dengan aliran-aliran baru lainnya seperti Kaballah, Trancedental Meditation (TM) di tahun 60-an, Hare Khrisna yaitu ingin mengakhiri masalah perbedaan ras dan kemiskinan.
Mereka sama-sama membenci perang dan peduli alam, hmmm.. which is di semua agama juga begitu menurut gue.
Transformasi sosial yang katanya sangat dibutuhkan harus dimulai dari transformasi individual, karena bukan cuma alam yang berevolusi tapi juga manusia, secara diri dan ego.
Setelah dia bicara luas tentang status New Age nya itu, dia bertanya ke gue.
Kamu tertarik gak jadi seorang New Ager?
Gue jawab, gue yakin gue adalah seorang New Ager sejak dia bilang Kamasutra itu adalah ajaran New Age.
Dan dia bilang : you really have a greaaaaaaat sense of humour..
Dan dia mendadak diskonek.
Dan sampai sekarang.

Tuesday, November 21, 2006

aku

kalau sampai waktuku
'ku mau tak seorang 'kan merayu
tidak juga kau
tak perlu sedu sedan itu
aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang
biar peluru menembus kulitku
aku tetap meradang menerjang
luka dan bisa kubawa berlari
berlari
hingga hilang pedih peri
dan aku akan lebih tidak peduli
aku mau hidup seribu tahun lagi

....

that is you, myself!

sekarang,
aku telah (akan selalu) menulis diriku sendiri
aku menerima diriku sendiri
meski (ternyata) tak semua menerima aku,
aku tak (begitu) peduli
menulisku-meditasiku
yah! writing is a lonely profession, indeed!!
do you read me?
...
?
t e r s e r a h

Thursday, November 16, 2006

virtual tattoo

aaaw.
aku meringis dalam hati.
bukan..
bukan karena ujung logam kecil runcing yang menari di atas kulit dan meludahinya dengan liur biru dan merah.
bukan juga karena pedih yang melelahkan setelahnya.
tapi kebisuan ini.
begitu senyap bermakna.
kulitmu yang mau tak mau menyentuh kulitku.
meninggalkan sayatan berbentuk lukisan.
dua daun surga dengan sebilah belati di antaranya.
matamu yang dari awal hingga akhir tak lepas menghayati goresan itu.
goresan berdarah.
darahku.
'jangan kamu lihat aku seperti itu' katamu.
heh? bahkan matamu saja tak pernah sedikit pun menatapku.
bagaimana kamu bisa tau..?
oh ya, aku lupa kalau kamu lucifer.
'melukismu adalah obsesiku sejak lama, tapi bukan keinginanku'
aku diam.
meringis.
'bicara Ca'
aku tetap diam, menunggumu melihat mataku.
tapi tak pernah sekali pun.
'darahmu masih keluar sedikit, tak apa.. cuma sebentar'
'setelah kering kamu bisa pergi dari sini'
bagaimana bisa? hati ku tak pernah mengering.
diambilnya cardiganku dari atas kursi itu.
kupakai dalam diam.
'aku masih lucifer Ca, baiknya kita jangan ketemu'
aku mengangguk.
dalam diam aku pergi.
darah di bahu belakang sudah sedikit mengerak.
tapi hatiku tidak.
aku diam karena kamu lucifer.
dan aku masih originally sinner.
memang baiknya kita tidak ketemu.
lagi.

Wednesday, November 01, 2006

behind the scene

Setelah jam-jam lenyap dipudarkan jajaran lampu pijar dan mulai meruahkan gerah yang kelabu yang kutau seperti biasanya akan menghitam, dan lagu-lagu keroncong yang kemarin-kemarin termainkan oleh jiwa-jiwa yang gaduh mulai surut menguraikan salam-salam yang sesungguhnya tak pernah benar-benar mengajak pulang, kini tinggal aku.

Puas melepas lelah di ranjang yang mimpiku pun tak lagi ada di sana.
Mulai lagi menarasikan skenario masa depan dengan tinta merah yang keluar deras dari pori-pori di ujung telunjukku, menuliskan basah kering perjalanan syahadat dan membacanya kembali setiap saat semata untuk benar-benar pulang.

Ketika lampu-lampu benar-benar kehilangan pijar dan sebuah bentangan kain putih menutupinya dari serpihan debu yang katanya nanti datang dari langit dan terhembuskan angin membentuk lapisan tipis, aku masih di sini.