Cinta bisa jadi sabar dan baik, tapi juga bisa bergelora, pahit dan merusak.
Yang dapat memberikan kasih sayang tapi juga bisa menghancurkan kita berkeping-keping.
Seperti Medusa, tokoh antihero dari Yunani yang memangsa anak-anaknya sendiri dan buat saya ia adalah icon yang seharusnya bisa jadi pembelajaran buat semua perempuan bahkan juga laki-laki.
Medusa adalah seorang pendeta wanita yang cantik dan tidak berdosa di Kuil Athene.
Seorang dewi yang punya semua sifat positif dari seorang ibu muda.
Tapi kemudian ia dirayu, diperkosa oleh dewa laut Poseidon.
Athene, yang marah dan cemburu, mengubah Medusa menjadi Gorgon yang mengerikan, seorang wanita yang penuh kebencian, rambutnya menjadi sekawanan ular yang meliuk dan pandangan matanya dapat mengubah kaum pria menjadi batu.
Medusa hidup selama berabad-abad sebagai lambang paling kuat dari wanita yang dilukai dan dari kemarahan yang sengaja dilepaskan.
Dalam mitos Yunani yang asli, ketika Medusa dipenggal oleh pahlawan Perseus ( kuda bersayap Pegasus terlahir dari badannya yang telah mati ) dan darah yang menetes dari lehernya yang terpenggal ternyata mempunyai kekuatan penyembuh.
Medusa sendiri, sering dianggap memiliki dua sisi - buruk dan berbahaya, juga sumber kesuburan dan inspirasi-.
Dia adalah sisi gelap dari wanita sebagai ibu dan objek seksual, tapi dia juga punya potensi kekuatan pengubah yang luar biasa besarnya.
Dari situ seharusnya kita bisa belajar antara kebaikan dan kejahatan, perlawanan dan godaan, kewarasan dan kegilaan, ekstase dan kehampaan, cahaya dan bayang-bayang, cinta dan kehilangan...
Ada deskripsi tentang cinta yang sampai sekarang masih menjadi top of mind di kepala saya.
Definisi termasyur dari St. Paulus dalam kitab Perjanjian Baru.
' Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku,
dan bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada manfaatnya bagiku.
Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan'.
I Korintus 13: 4-8
Damn.... I do fall in love rite now.
Terhadap apapun itu.