kerlip kota dari lantai empat tadi hanyalah ruang kosong
hamparan bintang di kaki langit malam merunduk sia-sia
kedap diam menelan lenyap setiap tanya yang kulautkan
pelan-pelan dan satu per satu jatuh pecah dekat kakiku
lelehnya cahaya seketika luruhkan dedebuan
kuraih dagu kelam yang tunduk di wajahku
tetapi jemari bertemu wajahnya sendiri pada bingkai kaca jendela
di ketinggian ini aku tebas setengah lingkar bulan
aku bisiki dadaku selesaikan peperangannya
datang kalah atau menang hanya di sini
luka berdarah tak lagi merah
beranjak tinggal ruang kosong sendiri
aku tidak pernah di sini
lagi