Seorang rekan kerja sekantor bercerita tadi sepanjang jalan Sudirman.
Tentang pertengkaran dalam hening yang terjadi semalam dan tetap hening sampai pertemuan pun bubar di jam 3 dini hari.
Pertengkaran batin yang melibatkan satu melawan 8 orang.
Pertengkaran raut muka yang diawali prinsip yang terlontar secara jujur.
Walaupun maaf yang seharusnya tidak perlu dikatakan akhirnya terucapkan juga di akhir pertemuan dan tanpa rasa sesal dipeluknya satu per satu anggota tim sukses itu diiringi senyum tulus meski tak satu pun merespon.
Dari ceritanya ada satu pelajaran lagi kumaknai tentang ketidakberesan manusia.
Keangkuhan yang masih saja tergenggam erat-erat walau sebuah kebenaran sudah disentilkan memang hal klasik yang tidak akan pernah lusuh sampai dunia ini meleleh.
Keangkuhan untuk sekedar mengakui kesalahan pola pikir diri sendiri yang terus saja tetap diakumulasikan hari demi hari dan mungkin baru tersadar ketika badan tercabik masa.
What a simple reguler story yang Mas Ndang share tapi paling tidak, sanggup mengingatkan gw akan hal yang sama yang pastinya sadar tidak sadar pernah gw lakukan tapi pastinya sadar tidak sadar gw coba untuk tidak lakukan lagi.