Thursday, October 27, 2005

satu jam bersama nyokap

Ada Dettol.
Ada Cusson Imperial.
Tapi tangan nyokap mengambil Dove.
'Sabunnya ganti Mam ?', tanyaku.
'Nggak kok, dari kemarin-kemarin juga ini'.
'Tapi dulu khan pake Biore'.

Seingatku nyokap dulu selalu pakai Biore cair selain juga beli sabun Lux batangan.
Tapi memang beberapa minggu yang lalu waktu main ke rumah ortu, setelah diingat-ingat, di kamar mandi gak ada Biore sabun mandi cair, yang ada Dove.

'Iya, itu dulu. Sekarang pakai Dove,' katanya sambil mengambil Lux dengan gambar Tamara di cover kemasannya.
Aku mulai gatel buat nanya-nanya, hmmm... potential insighter niy.

'Knapa diganti yaa? Khan dah lama pakai Biore...'
'Kalau liat iklannya di TV kayaknya kulit jadi gak gampang kering karena pelembabnya banyak, ya udah dibeli aja, sekedar nyoba, ternyata cocok'.
'Khan bisa pakai body lotion abis mandi biar gak kering'.
'Iya, itu juga pakai, biar lebih tahan lama lagi lembabnya'.
'Beneran cuma gara-gara liat iklannya, Mam?'.
'Iya, abis di TV sering banget ada, apa itu namanya...seperempatnya isinya moisturizer'.
'Lha, itu khan ngomongin bar soapnya bukan sabun cairnya'.
'Sama aja tho... pokoknya dari Dove', katanya cuek sambil kali ini sibuk memasukkan produk sabun cuci pakaian ke trolly.

Attack with softener yang baru, yang menjadi pilihannya.
Ia juga mengambil Molto essence.

'Tapi Mam, kenapa Lux itu juga mesti dibeli? gak diganti juga?'.
'Ooo...kalau Lux itu mesti. Dari dulu belum nikah juga udah pakai, jadi udah biasa dan harus ada'.
'Kenapa yang Tamara? Yang Mariana Renata lebih oke...'.
'Renata kui sopo? Ya mending Tamara, yang lainnya itu mungkin lebih cocok buat yang lebih muda, buat kamu lebih pas'.
'Hmmm, gitu yaa...'

'Trus, itu kenapa udah beli sabun cuci yang udah sekaligus pelembut kenapa masih beli Molto segala? pemborosan gak sih?'.
'Ya, nggak gitu dong. Kalau cuacanya bagus, Mami gak perlu pakai Molto tapi kalo pas lagi hujan atau mendung ya baru dipakai. Ini khan Molto essence pakainya cuma sedikit udah langsung wangi, biarpun cuacanya jelek tapi jemurannya ra mambu waktu disetrika'.
'Lha, makenya pas mendung doang ?'.
'Ya begitu'.
'Kata siapa harus gitu?'.
'Iklannya juga begitu kok. Kamu tau gak iklan yang ibu-ibu raksasa lagi jemur baju? itu khan pas ujan atau mendung kalo gak salah. Pernah liat?'.

Ya, iyalah, pernah lihat. Itu khan bikinannya Ogilvy, yang ngerjain Bo Krabbe, yang saturated color gitu, tapi itu cuma dalam hati.

'Ih, Mami korban iklan banget sih!'.
'Kamu tuh kerja di dunia iklan, kok bukannya seneng kalau liat orang jadi korban iklan?
Kan tujuannya supaya banyak orang yang beli gara-gara iklannya kaaan?', kata nyokap sambil tersenyum.
Hmmm, iya juga yaa...persuasif, tapi tergantung obyektifnya klien juga sebenarnya.

Sekarang kita ada di bagian penjualan tissue.
Dan nyokap terlihat mulai mengambil salah satu produk tissue.

'Yang Paseo aja, iklannya yang ada burung merpatinya itu lhooo...', pancingku.
'Kalau tissue kamar mandi gini gak perlu yang terlalu mahal lah, tiap saat khan kebuang, gak perlu terlalu mahal'.

Sampai di koridor penjualan minyak goreng, terdapat beberapa SPG di sana.

'Coba yang ini Bu, non kolesterol, dua kali penyaringan, lebih sehat'.
atau
'Kita lagi ada promosi Bu, lebih hemat dari biasanya'.
dan
'Silahkan Bu, hasil gorengan jadi lebih garing, ini samplenya, kerupuk ini digoreng pakai minyak ini, silahkan dicoba lho Bu...'.

'Terima kasih', kata nyokap sambil ngeloyor melewati mereka.
'Minyak goreng aja kok pakai stand guide segala, kayak mobil aja. Yang namanya kerupuk itu kalau habis digoreng yaa garing, kalau nggak itu namanya kue apem'.
Hehehe, dasar ibu-ibu.

'Ya, namanya juga usaha Mam, biar kebeli produknya karena seringkali orang yang tadinya gak niat beli begitu disodori di tempat jadi berubah pikiran pengen beli'.
'Tapi Mami suka sebel kalau lagi milih-milih barang diganggu sama penjaganya, kalau produknya elektronik atau rumah atau mobil tuh baru harus pakai SPG karena pembelinya kan
gak tau persis fasilitasnya. Lha ini minyak goreng? Sama aja semuanya'.

Langkah nyokap terhenti di depan sederetan rak mie instant.
Di hadapannya ada Indomie yang bersebelahan dengan Mie Sedaap.
Kali ini ia sedikit berpikir harus mengambil yang mana.

'Yang mana enaknya yaa? Mie Sedaap aja deh'.
'Ih, Mami gak setia... dari aku kecil khan selalu dibikininnya Indomie, kok sekarang ganti?
Gara-gara harganya lebih murah ya?,' aku protes.
'Bukan harganya, cuma rasanya oke juga'.

'Kapan Mami mulai nyoba rasanya Mie Sedaap?'.
'Ya waktu dulu baru keluar produknya, nyoba di PRJ karena waktu itu dibikinin gratis.
Trus pas nyoba kok rasanya ya enak'.
'Mam, kalau tadi di sebelah raknya Indomie bukan Mie Sedaap tapi mie lainnya, Mami pilih apa?'.
'Ya Indomie dong'.

Jddeerr!
Ternyata loyalitas konsumen mudah berubah dalam waktu gak lebih dari 5 detik ketika sebuah brand yang biasa dipakai terletak sejajar dengan brand lain yang bisa memberikan value yang sama ataupun lebih.

'Udah yuk, pulang...,' ajak nyokap.

Menunggu bayar di kasir.
Sedikit ngantri.
Begitu sampai di depan kasir, tangan nyokap mengambil permen Hexos, padahal di rack kecil itu terdapat 4 brand permen lainnya.

'Kenapa Hexos Mam?'.
'Kenapa nggak? Salah?'.
'Ya nggak sih, tapi kenapa nggak Polo atau Relaxa?'.
'Abis tangan Mami nyampenya cuma ngambil Hexos, kamu memangnya mau Polo? Ambil sendiri aja'.
'Oooo, gitu.... kirain'.