kita yang pertama tiba
melangkah dengan masih membawa sisa malam di mata
...malam gratis tanpa mimpi bahkan lelap
dengan konsep dan muara ide dalam format kertas dan digital
dalam kerangka mempengaruhi pikiran dan kebiasaan orang
dan
sampai di sebuah ruang besar tanpa makna
ruang transit
untuk fisik, pikiran dan rasa yang mungkin terlelahkan
menunggu
menanti
berharap gemerlap warna-warni cemas terbayarkan
berupa senyum di lingkaran wajah
kepuasan akan karya
dari rekan kerja sama
tapi, tunggu dulu...
masih belum,
detik ke menit
menit ke jam
dari pagi sampai matahari tepat di atas kepala
bikin ubun-ubun terbakar
bukan
bukan gara-gara mataharinya
lebih ke waktu sia-sia terbuang karena ketidakpastian
(walaupun gw penganut "emang ada sesuatu yang pasti selain ketidakpastian di dunia ini ?")
pintu terbuka...
masih belum
belum selesai
tunggu saja dulu
dari pada menunggu di ruang mati
mending ke ruang penuh kehidupan
makan saja dulu
menyambung tenaga, mengisi kekuatan
untuk kemudian menunggu
lagi
lagi
lagi
....
kini waktunya,
sebentar, waktu
kita kembali lagi
dejavu
tapi matahari sudah di sisi satunya lagi
pintu terbuka
lebar
dan kosong
sampai Bapak datang
mencairkan kemelut
antara ya dan tidak
presentasi diargumentasikan
eksekusi direboisasikan
diskusi
ide penetrasi
tapi sepertinya semua tidak berfungsi
Bapak pakai guna-guna
sehingga kita merasa semua tidak berguna
sukarela yang terpaksa
tidak diragukan lagi
kita harus, masih tetap kembali
Bapak dan kita bertukar selamat sore
dan banyak sekali terima kasih
( buat apa ? buat Bapak karena sudah menjalankan fungsinya sebagai Yang Maha di sana ? )
pintu terbuka
kita keluar penuh sepenuh jiwa
dengan bekal sedikit kepastian dan banyak sumpah serapah
sebagian besar kita tidak kuasa menahan
bertukar kepala
bertukar perasaan
menyatukan nasib
nasibmu
nasibku
nasib kita
tiba-tiba selesai sudah untuk hari ini
hari ini saja
masih banyak yang harus dimulai lagi dari awal
besok terletak di depan kita
yang hari ini kita pungut saja sambil memejam mata