Wednesday, January 30, 2008

kuceritakan

di halaman depan
tempat alang-alang yang kita tanam
jadi darah di tubuh belalang
beterbangan menggapai kumpulan awan
kemudian digelayuti badai setiap datang
kuceritakan ini pada ranting api kesetiaan
senja-senja yang tersedu perlahan nyaris tak terdengar
dan rintihan ombak dibunuh terik
biru menjadi gelap
tempat mandi para leluhur
dan kuceritakan ini
ke malam berikutnya
walau setiap alang yang akan tumbuh
kini disabit cuaca yang tak sempat murung
berhabis-habis kata kuceritakan
tinggal lumut pada batu
di halaman depan