Wednesday, January 30, 2008

kuceritakan

di halaman depan
tempat alang-alang yang kita tanam
jadi darah di tubuh belalang
beterbangan menggapai kumpulan awan
kemudian digelayuti badai setiap datang
kuceritakan ini pada ranting api kesetiaan
senja-senja yang tersedu perlahan nyaris tak terdengar
dan rintihan ombak dibunuh terik
biru menjadi gelap
tempat mandi para leluhur
dan kuceritakan ini
ke malam berikutnya
walau setiap alang yang akan tumbuh
kini disabit cuaca yang tak sempat murung
berhabis-habis kata kuceritakan
tinggal lumut pada batu
di halaman depan

Wednesday, January 23, 2008

one lesson everyday makes you grow up better :)

Seorang rekan kerja sekantor bercerita tadi sepanjang jalan Sudirman.
Tentang pertengkaran dalam hening yang terjadi semalam dan tetap hening sampai pertemuan pun bubar di jam 3 dini hari.
Pertengkaran batin yang melibatkan satu melawan 8 orang.
Pertengkaran raut muka yang diawali prinsip yang terlontar secara jujur.
Walaupun maaf yang seharusnya tidak perlu dikatakan akhirnya terucapkan juga di akhir pertemuan dan tanpa rasa sesal dipeluknya satu per satu anggota tim sukses itu diiringi senyum tulus meski tak satu pun merespon.
Dari ceritanya ada satu pelajaran lagi kumaknai tentang ketidakberesan manusia.
Keangkuhan yang masih saja tergenggam erat-erat walau sebuah kebenaran sudah disentilkan memang hal klasik yang tidak akan pernah lusuh sampai dunia ini meleleh.
Keangkuhan untuk sekedar mengakui kesalahan pola pikir diri sendiri yang terus saja tetap diakumulasikan hari demi hari dan mungkin baru tersadar ketika badan tercabik masa.
What a simple reguler story yang Mas Ndang share tapi paling tidak, sanggup mengingatkan gw akan hal yang sama yang pastinya sadar tidak sadar pernah gw lakukan tapi pastinya sadar tidak sadar gw coba untuk tidak lakukan lagi.

Thursday, January 17, 2008

sleepless night (again..)

mencoba berdamai dengan malam, sejak kemarin - kemarin.
ditemani bercangkir - cangkir teh. teh panas yang mendingin dan menghangat kembali di tenggorokan.
larut bersama slide - slide bergambar dirinya. ratusan slide.
bintang yang tinggal satu pun menghilang, silam bersama gelap dan mulai berganti terang.
sementara slide - slide itu masih belum habis juga.

Monday, January 14, 2008

Contemplations - Face

Pernah dateng ke pameran lukisan?
Di awal tahun gw mampir ke daerah Widya Chandra, ada sebuah pameran tunggal seorang pelukis dari Belgia.
Jajaran lukisan yang cukup banyak waktu itu.
Hanya rata-rata berwarna muram.
Semua gambar wajah.
Wajah muram. Wajah manusia, wajah hewan.
Hanya wajah.
Yang buat gw aneh, semuanya tanpa judul, hanya angka - angka yang membedakan.
Konon katanya, impresionis yang si pelukis ambil dengan penuh kesadaran itu memulai melukis tanpa tahu wujudnya akan seperti apa.
Itu sebabnya ia tidak pernah memberi judul untuk setiap lukisannya.
Seperti memanipulasi, katanya.
Sebuah lukisan adalah perjalanan emosi yang tertuang saat itu juga dalam wujud dua dimensi.
Dan sebuah emosi itu harus bisa dinikmati dengan perasaan yang pada akhirnya bisa membentuk interpretasi.
Perasaan dan intepretasi seseorang itulah yang menurutnya tidak boleh dikotakkan oleh sebuah judul.
Penikmat lukisannya adalah orang yang merdeka, katanya.
Merdeka memaknai setiap lukisannya walau menurut gw mungkin bisa saja terjadi salah kaprah dengan sejarah pembuatan lukisan tersebut.
Ah, what the hell..
Buat gw, berhenti sejenak di depan setiap lukisannya dan mencoba menikmati goresan warna yang seperti air mata mengering itu sungguh sudah membuat gw turn on.