Kemarin aku bisa mendengar kamu bernafas di bahu kananku.
Merasakan hangat udara pendek-pendek menyapu kulit.
Disusul lembut bibirmu.
Hari ini aku masih mendengar tarikan nafasmu menciumi rambutku.
Merasakan getar jarimu di beberapa helainya.
Disertai pelukan nyaman.
Aku mau itu terus.
Karena aku mulai kecanduan.
Akanmu.
Melihat segala sesuatu tidak hanya dengan mata, pikiran dan segenap jiwa. Ini adalah aku. Itu adalah aku. Dia adalah aku. Mereka adalah aku. Juga sebaliknya. Bisa ada di antara tak ada. Tanpa batas ruang dan waktu. Selalu dan pasti. Kebebasan dalam keabadian.
Tuesday, March 31, 2009
teringatmu
aku teringatmu.
bukan mengingatmu.
tidak perlu effort menghadirkanmu di kepalaku.
slide by slide akan bermunculan begitu saja.
tentangmu, kemarin.
hari ini.
besok.
susah sekali untuk sebentar saja tidak teringat.
tidak pernah bisa walau sudah usaha.
sama percumanya mungkin seperti berusaha untuk menang main petak umpet di tempatmu dulu.
akan sangat melelahkan berusaha untuk menang.
terlalu luas area yang harus dilewati dan terlalu banyak rintangan yang harus diatasi.
sama luasnya seperti alam pikirku.
seluas alam nuraniku.
dan keluasan itu bukan keluasan yang kosong.
berjuta-juta kamu dan segala tentangmu ada di sana.
pun begitu tak pernah berhenti aku terus memadatinya denganmu.
lagi.
dan lagi.
bukan mengingatmu.
tidak perlu effort menghadirkanmu di kepalaku.
slide by slide akan bermunculan begitu saja.
tentangmu, kemarin.
hari ini.
besok.
susah sekali untuk sebentar saja tidak teringat.
tidak pernah bisa walau sudah usaha.
sama percumanya mungkin seperti berusaha untuk menang main petak umpet di tempatmu dulu.
akan sangat melelahkan berusaha untuk menang.
terlalu luas area yang harus dilewati dan terlalu banyak rintangan yang harus diatasi.
sama luasnya seperti alam pikirku.
seluas alam nuraniku.
dan keluasan itu bukan keluasan yang kosong.
berjuta-juta kamu dan segala tentangmu ada di sana.
pun begitu tak pernah berhenti aku terus memadatinya denganmu.
lagi.
dan lagi.
Monday, March 30, 2009
awal hingga kini
Pertemuan yang sederhana.
Sesederhana ceritamu tentang masa kecil.
Diiringi senyum dan tawa.
Tawa yang sederhana.
Diselingi ledekan dan celetukan jail terhadapku.
Yang juga sangat apa adanya.
Semua kesederhanaan itu berakhir ketika tercipta sebuah blank spot.
Area kosong yang seketika mematikan waktu.
Yang membuat kita kehilangan kata.
It became an unverbally talking.
Hingga kini..
Saling menatap, menjadi sebuah kebutuhan.
Menjadikan sebuah rasa yang sebenarnya juga sederhana.
Tapi tidak untuk sebuah kondisi yang tidak sederhana.
Hingga kita kesulitan menyederhanakan apa yang ada.
Apa yang kini ada.
Di antara kita.
Sesederhana ceritamu tentang masa kecil.
Diiringi senyum dan tawa.
Tawa yang sederhana.
Diselingi ledekan dan celetukan jail terhadapku.
Yang juga sangat apa adanya.
Semua kesederhanaan itu berakhir ketika tercipta sebuah blank spot.
Area kosong yang seketika mematikan waktu.
Yang membuat kita kehilangan kata.
It became an unverbally talking.
Hingga kini..
Saling menatap, menjadi sebuah kebutuhan.
Menjadikan sebuah rasa yang sebenarnya juga sederhana.
Tapi tidak untuk sebuah kondisi yang tidak sederhana.
Hingga kita kesulitan menyederhanakan apa yang ada.
Apa yang kini ada.
Di antara kita.
Sunday, March 29, 2009
pool-ing with you in mind
Bola ke-9 selesai.
New game again.
Sudah permainan yang ke-5.
Sendiri.
Melampiaskan marah pada bola-bola yang padahal selalu setia untukku.
Sebelum memukul bola-bola itu, aku selalu bertanya pada mereka.
Pernahkan kau merasakan begitu rindunya dirimu sampai membeku jemarimu?
Oo, tentu saja tidak pernah.. kau tidak memiliki jari.
Rindu sampai melunturkan warna yang tertattoo di kulitmu mungkin?
Hmm, tentu tidak juga.
Karena kalian pasti akan selalu bertemu.. bola warna-warni, bola putih dan stick.
Yeah, threesome bahkan.
Kalian tidak tau artinya rindu.
Itu sebabnya aku marah.
Marah karena merasa rindu.
Marah karena menjadikan kalian bisa saling bertemu.
Marah melihat betapa rindu versi kalian terlampiaskan.
Bola ke-9 selesai.
New game again.
Permainan ke-7 sekarang.
New game again.
Sudah permainan yang ke-5.
Sendiri.
Melampiaskan marah pada bola-bola yang padahal selalu setia untukku.
Sebelum memukul bola-bola itu, aku selalu bertanya pada mereka.
Pernahkan kau merasakan begitu rindunya dirimu sampai membeku jemarimu?
Oo, tentu saja tidak pernah.. kau tidak memiliki jari.
Rindu sampai melunturkan warna yang tertattoo di kulitmu mungkin?
Hmm, tentu tidak juga.
Karena kalian pasti akan selalu bertemu.. bola warna-warni, bola putih dan stick.
Yeah, threesome bahkan.
Kalian tidak tau artinya rindu.
Itu sebabnya aku marah.
Marah karena merasa rindu.
Marah karena menjadikan kalian bisa saling bertemu.
Marah melihat betapa rindu versi kalian terlampiaskan.
Bola ke-9 selesai.
New game again.
Permainan ke-7 sekarang.
sesuatu yang sempurna
Kamu ingin apa hari ini?
Aku, katamu.
Keinginan itu akan aku.
Aku hanya bisa tersenyum.
Hatiku sudah buatmu, walau memang tidak bisa sepenuhnya terinderai sepanjang waktu.
Tapi apalah artinya itu, karena waktu selalu melalap semua yang nyata.
Sementara kita tidak pernah nyata.
Sehingga kita akan selalu ada.
Ada untuk merasai,
menciumi,
menyayangi.
Sempurna, bukan?
Ya, mimpi yang sempurna...
Katamu.
200/CR-IA/95
Aku, katamu.
Keinginan itu akan aku.
Aku hanya bisa tersenyum.
Hatiku sudah buatmu, walau memang tidak bisa sepenuhnya terinderai sepanjang waktu.
Tapi apalah artinya itu, karena waktu selalu melalap semua yang nyata.
Sementara kita tidak pernah nyata.
Sehingga kita akan selalu ada.
Ada untuk merasai,
menciumi,
menyayangi.
Sempurna, bukan?
Ya, mimpi yang sempurna...
Katamu.
Subscribe to:
Posts (Atom)