Wednesday, October 18, 2006

keabadian semalam

Sepasang mata kecil yang bahkan tak menatap padaku telah menghisap luluh lantak cairan di jiwaku.
Menciptakan keheningan yang teduh.
Keheningan yang membisukan perasaan manusiawi.
Keheningan yang berasumsi.
Sementara ia tetap dalam kenaifan yang suci.
Dalam kotak bening itu, dunianya tercipta seketika di kepalaku.
Kepalanya, kepala mereka.
Kenapa kejernihan selalu melahirkan keheningan?

Sebuah raga baru berbalut perca putih telah memuralkan pikiranku.
Mencuri ruang kosong hari di sela-sela kesibukan yang maya.
Menempatinya sebagaimana memang mestinya ia berkediaman.
Dalam diam yang memporakporandakan keceriaan sesaat.
Sementara ia tetap ada di sana, di antara sela-sela itu, bergerak kecil namun cepat.
Balutannya membalut juga seluruh panca inderaku.
Darah pun terhenti.

Jiwa sebesar bumi dan langit itu ada di sini.
Di kubus putih penuh cahaya buatan.
Yang mengilat beberapa kali.
Ke arahnya.
Ke raganya.
Namun tak sanggup mengalahkan sinar matanya.
Yang bahkan tak pernah menatapku sampai bintang menyeret rembulan.
Pada mu kurasakan kehidupan.
Pada mereka kurasakan kematian perlahan.

Kurasakan energi maha dari kotak bening itu.
Yang kemudian beralih ke dekap hangat abadi.
Kuberanikan menyentuhnya dari jarak dua puluh senti.
Mencintanya lebih dari setubuh.
Seolah ia keluar dari ku.
Antara kita cuma ada tarikan dan hembusan nafas.
Diselingi lendir wangi dari bibirnya.


*inspired by Reyhan, bayi nyaris dua bulan di photosession semalam.