Wednesday, January 17, 2007

kremasi

Aku mau nangis.
Tidak.
Bukan lagi mau, tapi sudah.
Hanya kali ini tidak tahu apakah air mata masih akan tetap mengalir atau menguap.
Kututup hidungku dengan telapak tangan yang mulai memanas.
Aku mual.
Tidak kusangka baunya akan sebegini kuat. Menyengat.
Aku memandangnya terbakar, perlahan.
Api menyala membesar, membarai semua besi dengan cepat.
Mengabui plastik, kain, daging.
Punyamu, mereka dan aku.
Di sini hanya ada bau yang sedap, teramat sedap, sampai aku merasa kenyang.
Suhu di sini mungkin sudah ratusan derajat celcius, hanya perlu menunggu sekitar 10 menit lagi untuk semua daging segar menjadi matang terpanggang.
Dan 15 menit selanjutnya menjadi gosong.
Hangus jadi arang kemudian jadi abu.
Seperti aku.
Kurasakan kakiku.
Kemudian badanku.
Dagingku.
Tulang-tulangku.
Sejak tadi rambutku sudah meleleh.
Tinggal tengkorakku.
Butuh waktu agak lama untuk hancur.
Dan kini api telah leluasa mengabukan semua.
Kamu.
Mereka.
Aku.
Lengkap sudah 3 jamku di sini.
Abuku terbang bersama angin.
Selamat tinggal abu.
Selamat tinggal aku.